Selasa, 10 Januari 2012

Sinopsis Novel Bumi Manusia.

Tugas Mata Kuliah Membaca
Bumi Manusia
Karya: Pramoedya Ananta Toer

Sebuah Novel yang menyajikan kisah berlatar pada akhir abad 19 menjelang abad 20, memuat tentang keadaan sosial pada saat itu dengan segala permasalahan yang ada. Keadaan masyarakat pada masa pemerintahan Hindia Belanda ia gambarkan dengan begitu jelas. Berbagai permasalahan dipaparkan dengan jelas. Dalam tulisannya sendiri ia mengisahkan tentang kisah cinta antara seorang pribumi dengan gadis Indo keturunan Belanda. Minke.!! seorang pribumi yang mempunyai pola pikir layaknya seorang Eropa, ia memang bukanlah keturunan pribumi biasa, dalam darahnya masih mengalir darah para raja jawa dan sebab itu ia bisa mengenyam pendidikan di H.B.S. sebab itu juga, pada akhirnyat dirinya sendiri sudah hampir bukan seorang jawa lagi, hanya tubuhnya saja yang jawa tetapi semua pandangannya tentang hidup sudah benar-benar seperti pandangan seorang Eropa, suatu hal yang tidak biasa pada zamannya. Ia adalah pemuda yang cerdas, penyuka sastra, berbeda dengan pemuda lainnya pada zamannya. Oleh Robert Suurhof, temannya. Minke bertemu dengan keluarga Mallema. Yang paling penting dalam novel ini adalah perkenalannya dengan Annelis Mellema, gadis yang begitu cantik, yang kecantikannya disebut-sebut melebihi kecantikan dari pada Ratu Nederland pada saat itu, Ratu Wilhelma. Ia merupakan putri dari seorang “Nyai”, bukan seorang Nyai biasa, bukan hanya seorang gundik yang seringkali dianggap menjijikan. Ia merupakan putri dari seorang ibu yang luar biasa, seorang ibu yang begitu mampu mengurusi banyak pekerjaan termasuk Boerderij Boeitenzorg setelah Tuan Mellema, tuannya, suami tidak sahnya, berubah menjadi “orang gila” orang yang sudah tidak peduli pada apapun disekelilingnya. Ditemani beberapa karyawan dan pengawal yang konon menyeramkan, Darsam namanya. Annelis lebih memilih untuk menjadi seorang pribumi seperti ibunya, walaupun ayahnya merupakan seorang belanda, gadis ini begitu manja pada mamanya, sikapnya begitu manis. Sangat bertolak belakang dengan sikap Robert, abangnya. Robert Mellema merasa bahwa dirinya seorang Belanda tulen dan ia pun tidak menganggap Nyai sebagai ibunya, ia sangat mengagumi ayahnya walaupun Ayahnya sendiri sudah tak perduli apapun lagi termasuk dirinya.
Kelebihan:      
Pramoedya menuliskan kisah ini dengan sangat indah, kata-kata puitis bertebaran disana-sini. Berbagai konflik terjadi, permasalahan disana-sini, semua ia gambarkan dengan sangat nyata. Kisah dimulai dengan keseharian Minke, seorang siswa H.B.S dengan berbagai kegiatannya, kemudian digambarkan berbagai situasi pada masa itu, keseharian masyarakat pada masa itu, kemudian perkenalannya dengan keluarga Mallema, Annelies dengan cinta gilanya pada Minke dan berujung pada kematian tuan Mallema sendiri dengan segala cerita dibalik kematiannya. Semuanya di kemas dengan rapi dan sangat menarik. Disusul dengan perjuangan dan pengorbanan cinta. Walaupun buku ini memuat kisah cinta, tetapi buku ini tidak mengajarkan kita untuk menjadi cengeng karena sesuatu yang bernama “cinta”. Buku ini membuat kita seolah-olah berada pada masa itu, menyaksikan langsung berbagai peristiwa yang terjadi, membuka pikiran kita tentang kehidupan dalam masa pemerintahan Hindia Belanda atau hanya sebuah Penjajahan Oleh orang-orang Belanda?. Buku ini sesungguhnya memuat semua hal yang sering terjadi pada akhir abad 19 dan menjelang abad 20. Berbagai ketidak adilan yang dilakukan oleh kaum kolonial, kemunculan pemikiran-pemikiran tentang hutang budi belanda kepada Hindia, pemikiran-pemikiran untuk keadilan para pribumi, sikap masyarakat yang ada pada saat itu, teknologi yang berkembang pada saat itu, strata sosial yang ada pada saat itu, masalah-masalah pelik pada masa itu semuanya terbalut dengan indah dalam kisah cinta yang terjalin antara Minke dengan Annelis.
Pantas saja kalau Novel ini digolongkan sebagai karya sastra Kanon. Karya sastra sepanjang masa.
Kekurangan:
Dengan berbagai revisi pada tiap cetakan. Kiranya, Novel ini nyaris tanpa cela. Hanya saja bahasa terlalu tinggi sehingga butuh proses berpikir. Kiranya, hanya bisa di fahami oleh anak usia tertentu saja(Remaja—Dewasa )
Oleh: Nimas Ayu Puspa Ningrum
115110700111012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar