Selasa, 10 Januari 2012

Tugas Tahap-tahap Menulis


A.PERENCANAAN
Mbak Ayu:      1. Anak pertama.
                        2.  Anak yang gendut.
                        3. julukan dari Ayah.
                        4. Menganggap Ayah dan Bunda lebih perhatian padaku.
                        5. Anak yang pencemburu.
                        6. kekanak-kanakan.
                        7. Selisih faham denganku.
                        8. Sinis terhadapku.
                        9. Mbak tercintaku.


B.      DRAF TULISAN

Ditahun kedua setelah pernikahan Ayah dan Bunda di karuniai anak pertama. Ayu, namanya. Ayu kecil tentu saja Ayu yang dimanjakan, maklum saja, sebagai pasangan muda yang belum berpengalaman Ayah dan Bunda memanjakan Mbak Ayu sampai tubuhnya begitu sehat dan gembil.
            Mbak yang tubuhnya dua kali lipat dari tubuh teman sebayanya. Sering dijuluki Ayah sebagai anak “Penggembrotan”, sedangkan aku sendiri yang lebih kecil, nubgil, dan senang berlenggak-lenggok serta mematut diri didepan kaca, sering di juluki Ayah sebagai Anak “Kecantikan”.
            Perhatian orang tua tentu saja dengan sendirinya terbagi, Mbak yang mulanya bisa melindungiku dengan waktu sekejap bisa jadi sangat pencemburu. Sifat Mbak semakin kekanak-kanakan, mungkin untuk menari perhatian Ayah dan Bunda. Tapi, Ayah dan Bunda lebih banyak tidak menghiraukan.
            Entah karena sifat cemburu atau karena selisih usia tak terlalu terpaut jauh itu, yang akhirnya membuat aku dan Mbak sering berselisih faham, dari selisih yang tak terluruskan itu, Mbak semakin sinis, aku serasa bukan adiknya saja. Banyak berdebat tak berujung, banyak perbedaan, tapi Mbak Ayu tetaplah Mbak tercintaku.









C.     PENYUNTINGAN

Mbak tercintaku.
Di tahun kedua setelah pernikahannya, Ayah dan Bunda dikaruniai putri pertama. Ayu, namanya. Ayu kecil tentu saja berparas mungil dan ayu. Ayu yang dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Maklum saja, sebagai pasangan muda yang belum berpengalaman, Ayah dan Bunda memberikan yang terbaik bagi Mbak Ayu, baik dari segi kesehatan maupun dari segi makanan yang diusahakan selalu bergizi dan higienis. Tak heran jika Ayu kecil tumbuh menjadi Ayu yang sehat dan gembil.
Mbak yang hobi makan itu, tubuhnya dua kali lipat dari tubuh teman sebayanya, sering dijuluki oleh Ayah sebagai anak “Penggembrotan”. Punggung dari badannya yang tambun itu cukup untukku berlindung dari anak jahil yang suka menggodaku. Sedangkan aku sendiri yang lebih kecil, mungil, dan senang berlenggak-lenggok serta mematut diri didepan kaca, sering di juluki Ayah sebagai Anak “Kecantikan” itu semua di luar kecengengan yang mungkin telah kodrat seorang adik.

Perhatian orang tua tentu saja dengan sendirinya terbagi,meski pada hakikatnya, tidak ada beda kasih sayang Orang tua untuk anak-anaknya.  Mbak yang mulanya bisa melindungiku dengan waktu sekejap bisa jadi sangat pencemburu. Sifat Mbak semakin kekanak-kanakan, mungkin untuk menarik perhatian Ayah dan Bunda. Tapi, Ayah dan Bunda lebih banyak tidak mengindahkan. Malah di kemudian, aku yang banyak dituntut agar mengalah, karena Mbak memang cenderung keras kepala.

            Entah karena sifat cemburu atau apa. Ku rasa selisih usia tak terpaut jauh itu harusnya membuat kami bersaudara kompak dalam segala hal. Kenyataannya  aku dan Mbak sering berselisih faham, dari selisih yang tak terluruskan itu, Mbak semakin sinis, aku serasa bukan adiknya saja karena memang tak pernah Mbak baik padaku, dewasa ini. Lebih sering Mbak mengungkapkan ketidak sukaannya padaku tanpa tendeng aling-aling. Banyak berdebat tak berujung, banyak perbedaan gagasan dan tak ada titik temu, tapi Mbak Ayu tetaplah Mbak tercintaku. Mbak yang sudah seharunya ku hormati dan ku sayangi.



Nama : Nimas Ayu Puspa Ningrum.              
            NIM   : 115110700111012.                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar